Jumat, 06 Juni 2014

anemia pada kehamilan



1.        Anemia Pada Kehamilan

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g% pada trimester 2 (Sarwono, 2009). Perubahan fisiologis yang alami terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan jumlah sel darah merah.Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah di dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidak seimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb (Varney, 2006).

Pada ibu hamil anemia juga disebabkan oleh salah satu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun.Sebagai akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer (Waryana, 2010).

Selama kehamilan, tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan darah.

Adalah normal bagi ibu hamil menderita anemia ringan dalam kehamilannya. Tapi beberapa orang mungkin mengalami anemia yang lebih serius akibat dari rendahnya kadar zat besi atau vitamin atau dari alasan lainnya. Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur.

a.       Etiologi Anemia

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Tarwoto,2007), diantaranya :

1)      Faktor genetik seperti thalasemia, hemoglobinopati, abnormal enzime glikolitik

2)      Kekurangan nutrisi atau malnutrisi

3)      Perdarahan

4)      Faktor imunologi

5)       Infeksi seperti malaria, sepsis gram negatif, toksoplasmosis

6)      Obat-obatan dan zat kimia seperti kontrasepsi, antimetabolis, zat kimia toksik

7)      Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik hemolitik

8)      Penyakit kronis seperti infeksi kronis, penyakit ginjal atau hati, neoplasma


b.      Jenis Anemia Selama Kehamilan

Beberapa jenis anemia dapat terjadi selama kehamilan, diantaranya adalah:

1)      Anemia defisiensi zat besi.

Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin merupakan salahsatu protein dalam sel darah merah, dan ia membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh.Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan.

2)      Anemia defisiensi folat.

Folat, biasa juga disebut asam folat, termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.Selama kehamilan, wanita membutuhkan folat tambahan.Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari makanannya.Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.Kekurangan folat bisa langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir.

3)      Anemia defisiensi vitamin B12.

Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat.Ketika seorang wanita hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat. Wanita yang tidak mengkonsumsi daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar terkena kekurangan vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir. Kehilangan darah selama dan setelah melahirkan juga dapat menyebabkan anemia.


c.       Faktor Risiko Anemia pada Kehamilan

Semua wanita hamil beresiko untuk menderita anemia, karena mereka memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi risiko akan lebih tinggi dalam situasi berikut:

1)      Hamil dengan lebih dari satu anak (kembar)

2)      Dua kehamilan berdekatan
3)      Muntah banyak karena morning sickness
4)      Kehamilan remaja
5)      Tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi
6)      Mengalami masa berat sebelum hamil (fisik dan psikis)

d.      Gejala Anemia Selama Kehamilan
Gejala yang paling umum dari anemia selama kehamilan adalah:
1)      Kulit, bibir, dan kuku pucat
2)      Merasa lelah atau lemah
3)      Pusing
4)      Sesak napas
5)      Detak jantung yang cepat
6)      Sulit berkonsentrasi
Pada tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang jelas.Dan banyak diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa kehamilan.Jadi, pastikan ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin ketika melakukan pemeriksaan kehamilan, agar anemia dapat terdeteksi sedini mungkin.

e.       Risiko Anemia pada Kehamilan
Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko:
1)      Bayi prematur atau berat lahir rendah
2)      Transfusi darah (jika kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan)
3)      Depresi pasca melahirkan

Defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko:
1)      Bayi prematur atau berat lahir rendah
2)      Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak (neural tube defects)
Yang tidak diobati kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf (neural tube defects).

f.       Pemeriksaan untuk Anemia
Selama pemeriksaan kehamilan yang pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan darah yang dapat membantu dokter atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan darah biasanya meliputi:
1)      Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin - protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan tubuh.
2)      Pemeriksaan Hematokrit. Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah.
Jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi. Dokter juga mungkin akan memeriksa tes darah lainnya untuk menentukan apakah ia mengalami anemia karena kekurangan zat besi atau penyebab lain.Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya.
g.      Pengobatan Anemia
Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau dalam 10 hari. Berikut upaya pencegahan dan penaggulangan anemia (Sulistyoningsih,2011) :

1)      Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

2)      Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu :

a)      Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.

b)      Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.

c)      Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.

d)     Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum

e)      Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah.

f)       Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti : kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

Selain itu, sang ibu akan diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan darah setelah jangka waktu tertentu sehingga dokter atau bidan dapat memeriksa bahwa hemoglobin dan kadar hematokrit membaik. Untuk mengobati kekurangan vitamin B12, dokter atau bidan mungkin menyarankan agar mengonsumsi suplemen vitamin B12. Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti:

1)      Daging
2)      Telur
3)      Produk susu

h.      Dampak anemia dalam kehamilan
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko.Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

i.        Pencegahan Anemia pada Kehamilan

Untuk mencegah anemia selama kehamilan, pastikan wanita hamil mendapatkan cukup zat besi.Makan makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyak makanan yang tinggi zat besi ke dalam makanan.Targetkan setidaknya tiga porsi sehari makanan kaya zat besi, seperti:

1)      Daging merah, unggas, dan ikan
2)      Sayuran berdaun hijau gelap (seperti bayam, brokoli, dan kale)
3)      Sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian
4)      Kacang-kacangan, lentil, dan tahu
5)      Kacang-kacangan dan biji-bijian
6)      Telur
Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Makanan tersebut termasuk:
1)      Buah dan jus jeruk
2)      Stroberi
3)      Kiwi
4)      Tomat
5)      Paprika
Cobalah makan makanan tersebut pada saat yang bersamaan ketika makan makanan kaya zat besi.Misalnya, sang ibu bisa minum segelas jus jeruk dan mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan.Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat. Makanan kaya asam folat termasuk:
1)      Sayuran berdaun hijau
2)      Buah dan jus jeruk
3)      Roti diperkaya dan sereal
4)      Kacang kering
Ikuti petunjuk dokter atau bidan untuk mengonsumsi vitamin prenatal mana yang mengandung jumlah yang cukup asam besi dan folat.Vegetarian dan vegan harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang apakah mereka harus mengambil suplemen vitamin B12 ketika mereka sedang hamil dan menyusui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar